CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Kamis, 08 Mei 2008

ANTARA IDEALITA DAN REALITA DALAM MEWUJUDKAN HARAPAN DAN KEINGINAN

By Jajang Badruzzaman (JIBBS Head Master)

Harapan, cita-cita, atau keinginan pasti ada dalam angan- angan setiap benak manusia. Dengan harapan akan lahir kecemasan atau kepuasan, dengan cita- cita akan lahir kegagalan atau kesuksesan, dan dengan keinginan akan lahir kekecewaan atau kebahagiaan. Seringkali kita terjebak dalam angan-angan yang berbau surgawi tanpa memperhitungkan atau menghiraukan ranjau yang berserakan yang akan melukai diri kita, anak kita atau saudara kita.

Kebodohan, kecerobohan, kesombongan, kelalaian, kekikiran adalah ranjau atau duri yang akan melukai diri kita dan orang lain.

Kita menginginkan anak yang pandai dan baik, tapi disisi lain kita jarang atau bahkan tidak pernah memberikan contoh yang dapat ditiru oleh mereka. Mungkin kita terlalu sibuk bekerja sehingga mengabaikan amanah yang semestinya hal tersebut perlu dijaga. Kita mengharapkan anak kita menjadi anak yang baik tetapi realitanya kita sendirilah yang membuat mereka menjadi tidak baik. Dalam kelalaian kita, anak-anak menyaksikan tingkah laku kita sebagai orang tuanya yang tidak mencerminkan perilaku-perilaku yang berakhlakul karimah dihadapan mereka. Sehingga mereka seringkali menyaksikan kita sebagai orang tuanya yang malas beribadah, sering menyia-nyiakan waktu dengan banyak menonton TV, mungkin bertengkar dihadapan mereka, bersikap tidak ramah terhadap orang lain, berbohong, kikir, mudah putus asa, mengeluh dll. Hal ini apabila terjadi, secara tidak disadari kita sesungguhnya telah mendidik dan menjadikan mereka anak yang cacat dari nilai-nilai dan moral.

Ada hal yang perlu kita ingat sebagai orang tua adalah bahwa anak bagaikan kaset kosong yang akan selalu merekam setiap ucap dan perbuatan orang tuanya yang akan mereka tiru dalam hidup keseharianya.

Mewujudkan sebuah keinginan bukanlah hal yang mudah untuk bisa direalisasikan. Hal ini diperlukan keilmuwan, keterampilan, kegigihan, kesabaran dan keikhlasan.

Kami sebagai pengganti orang tua yang menitipkan anaknya di SMP Jakarta Islamic Boy Boarding School sama seperti orang tuanya meiliki harapan dan keinginan terhadap anak yaitu menjadikan mereka anak yang berguna, sukses dunia dan akhirat.

Kami menyeimbangkan pendidikan dalam tiga aspek dalam pertumbuhan dan perkembangan siswa yaitu aspek ruhiyah, aqliyah, dan jasadiyah yang diaplikasikan dalam rantaian kegiatan di sekolah, dari sejak akan tidur dan bangun tidur. Pendidikan dan pengajaran hal ini bukan sesuatu yang mudah, kalau mau jujur berat bagi kami untuk bisa berbuah hasil hasil dalam waktu yang singkat apalagi anak-anak yang dididik dan diajar berlatar belakang, pola asuh, dan kemampuan yang berbeda-beda serta mereka sudah terbentuk oleh lingkungan sebelumnya.

Rantaian kegiatan dalam pendidikan dan pengajaran untuk membentuk tiga aspek diantaranya shalat tahajud, menghapal Al-Qur'an, kebersihan di pagi hari, shaum senin kamis, kultum, muhadhoroh, pembelajaran di kelas sejak pukul 09.00-15.30. English discussion, nasyeed, football, basket, Taekwondo, Aikido, kompetisi dll.

Harapan dari rantaian kegiatan sekolah dalam pembentukan tiga aspek berjalan dengan baik tapi realita menjawab berbeda. Banyak hambatan dan cobaan yang menghadang.

Untuk siswa konsisten melaksanakan shalat tahajud saja hal ini berat bisa terealisasikan dengan baik, terkadang kami sebagai guru merasa kesal, harus berulang-ulang untuk bisa mengingatkan dan membangunkan anak-anak shalat tahajud dimana kondisi udara dingin, mengantuk, dan letih. Tapi itulah pengorbanan dari sebuah harapan dan keinginan yang harus ditempuh.

Terkadang dari pelanggaran yanag dilakukan siswa seperti tidak disiplin masuk kelas, mengumpulkan tugas, tidak piket, berpakaian tidak rapi, tidak berbahasa inggris, tidak shalat berjamaah, dll. Merejka meendapat konsekuensi dari pelanggarannya yaitu harus lari keliling lapangan atau Push-up, Scot-jump, Jalan Jongkok, dicubit, dan atau melakukan kebersihan (membersihkan toileet , kelas , atau Boarding).

Dibalik perjuangan dan letihnya para pendidik ada keceriaan yang memancar terlihat dari wajah dan sikap siswa sehingga hal tersebut bisa menjadikan penawar dan pengobat rasa lelah dan letih para pendidik dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.

Keceriaan mereka sering terlihat saat mereka belajar dan bergaul baik dalam kelas maupun luar kelas, serta hubungan antara siswa dan guru sangatlah dekat, mereka mau menanyakan pelajaran, curhat, dan bercanda terkadang tak kenal waktu. Apalagi sekarang SMP JIBBS telah ada penambahan lokasi ke kampus orange serta internet bisa diakses 24 jam ruang gerak dan wawasan siswa terfasilitasi cepat untuk bisa berkembang.

Untaian kata-kata ini bagian kecil dari kehidupan atau aktivitas suka dan duka di SMP JIBBS dalam mewujudkan harapan dan keinginan. Semoga kita akan sadar dan bijak dalam memahami dan mensikapi antara idealita dan realita.

Wassalam


OSIS Divisi ICT






1 komentar:

Anonim mengatakan...

selamat atas lulusnya angkatan pertama

Jakarta Islamic Boy Boarding School In View