CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Selasa, 13 Mei 2008

Bentengi Anak dengan Pendidikan Islam yang Berkualitas

"Didiklah Anakmu sesuai zamannya" hadist Nabi Muhammad SAW ini yang menjadi
dasar bagi para orang tua untuk memberikan pendidikan yang berkualitas untuk
kemajuan buah hati mereka.Tetapi ada kecenderungan, pendidikan yang
berkualitas dan bergengsi hanya bisa diperoleh diluar negeri, karena di
Indonesia masih sangat jarang.

Kebutuhan untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas baik dari sisi
keIslaman dan kurikulum berbasis internasional, saat ini bisa didapatkan
tanpa harus keluar negeri, sebab Jakarta Islamic School (JISc) menyediakan
kesempatan bagi peserta didik untuk mengenyam pendidikan Islam yang bertaraf
internasional.

" Apa yang dilakukan oleh kita sekarang ini, sebenarnya sudah dilakukan oleh
sekolah-sekolah non muslim, sekolah internasional dengan cara berfikir yang
kreatif, tapi di sini yang Islam sangat jarang. Bahkan kita lihat kalau
kurikulum, kurikulum internasional dan Diknas, itu bedanya jauh banget, tapi
di sini kerja keras JISc untuk mengkombinasikan keduanya karena gak mungkin,
kita menghasilkan anak-anak dengan kurikulum internasional, tapi dia lupa
dengan Indonesia. Ini pekerjaan berat bagi kita para guru, bagaimana
mengkombinasikan ketiga hal, Islamic, Internasional, dan Indonesia, " jelas
Direktur yang juga Kepala Sekolah Jakarta Islamic School (JISc) Proklawati
Jubilea, SE, Msc yang akrab disapa Mam Fifi kepada Eramuslim di sela-sela
Acara JISc Expo, di Jakarta, Ahad(20/4).

Mam Fifi mengakui, kurikulum standar di Indonesia dengan Internasional
memang berbeda jauh, meski buku atau sumbernya hampir mirip, namun cara
mengajarkannya kepada anak didik sangat berbeda.

"Kalau cara-cara barat menyuruh anak berfikir, proses berfikirnya yang
diutamakan, sehingga anak-anak mendapatkan sesuatu tidak sama persis dengan
sumber (text book), selain itu kita lihat dari segi teknologi informatika
(IT) mereka sudah diperkenalkan sejak sekolah dasar, sehingga bisa mendesain
website sendiri, " katanya.

Memaknai hadist ""Didiklah Anakmu sesuai zamannya", lanjut Mam Fifi,
memberikan pendidikan yang berkualitas disertai dengan pengajaran agama juga
harus kuat, dalam rangka menangkal arus keterbukaan informasi.

"Yang penting bukan kita melarang anak tapi membantengi anak, bagaimana dia
bisa bertahan (*survive*), dan menjadi pemimpin paling tidak untuk dirinya
sendiri. Pemimpin itu orang yang mampu mengatasi masalah. Oleh karena itu
untuk mengatasi masalah mereka harus memiliki *skill, * satu kedua mereka
harus memiliki* thinking skill* (kemampuan berfikir), bagaimana memecahkan
masalah, " ujar wanita kelahiran 17 Agustus 1970 ini.

Ia menyatakan, proses pendidikan dengan tiga kurikulum sekaligus ini, tidak
akan berhasil tanpa kualitas dan kerja keras dari para guru. Dirinya merasa
optimis apabila guru diseluruh Indonesia bisa seperti kualitas guru
disekolahnya, pasti Indonesia akan cepat maju seperti negara-negara lain.

Sekolah terdiri para siswa yang memiliki kemampuan bahasa Inggris dan Arab
ini berada di empat tempat, Kalimalang- Jakarta Timur, Joglo-Jakarta Barat,
Bagoro, dan Depok ini. Sekolah mulai tingkat TK sampai dengan SMA ini
mendidik para siswanya untuk memperoleh sertifikat IGCSE (O'level n A'level)
dari British Cambridge.

"Kami berupaya membuat yang bagus, cuma gak perlu kebule-bulean, misalnya
buka kerudung, sok Amerika, gak perlu. Yang penting ilmunya yang bagus
diambil, Diknas jangan dilupain, karena mereka tinggal di Indonesia. UN
sama, tapi pulangnya sampai sore karena tiga kurikulum, " jelasnya.

Mengenai kegiatan JISc Education Expo 2008 yang diselenggarakan pada 18-20
April lalu, Ia menjelaskan, itu merupakan ajang bagi para siswa untuk
mengekspresikan dan mempresentasikan apa yang sudah mereka pelajari selama
jam sekolah dikelas. Dalam acara ini, peserta didik diperkenankan untuk
menampilkan hasil karya, dari bidang IT, Arabic, English, Fun Cooking, dan
Leadship project. Dalam pantauan Eramuslim, mereka juga menampilkan hasil
karya seni mulai dari seni rupa, seni lukis, sampai seni suara melalui
kelompok Nasyid, dan juga seni bela diri asal China Wushu.

OSIS Divisi ICT

Kamis, 08 Mei 2008

ANTARA IDEALITA DAN REALITA DALAM MEWUJUDKAN HARAPAN DAN KEINGINAN

By Jajang Badruzzaman (JIBBS Head Master)

Harapan, cita-cita, atau keinginan pasti ada dalam angan- angan setiap benak manusia. Dengan harapan akan lahir kecemasan atau kepuasan, dengan cita- cita akan lahir kegagalan atau kesuksesan, dan dengan keinginan akan lahir kekecewaan atau kebahagiaan. Seringkali kita terjebak dalam angan-angan yang berbau surgawi tanpa memperhitungkan atau menghiraukan ranjau yang berserakan yang akan melukai diri kita, anak kita atau saudara kita.

Kebodohan, kecerobohan, kesombongan, kelalaian, kekikiran adalah ranjau atau duri yang akan melukai diri kita dan orang lain.

Kita menginginkan anak yang pandai dan baik, tapi disisi lain kita jarang atau bahkan tidak pernah memberikan contoh yang dapat ditiru oleh mereka. Mungkin kita terlalu sibuk bekerja sehingga mengabaikan amanah yang semestinya hal tersebut perlu dijaga. Kita mengharapkan anak kita menjadi anak yang baik tetapi realitanya kita sendirilah yang membuat mereka menjadi tidak baik. Dalam kelalaian kita, anak-anak menyaksikan tingkah laku kita sebagai orang tuanya yang tidak mencerminkan perilaku-perilaku yang berakhlakul karimah dihadapan mereka. Sehingga mereka seringkali menyaksikan kita sebagai orang tuanya yang malas beribadah, sering menyia-nyiakan waktu dengan banyak menonton TV, mungkin bertengkar dihadapan mereka, bersikap tidak ramah terhadap orang lain, berbohong, kikir, mudah putus asa, mengeluh dll. Hal ini apabila terjadi, secara tidak disadari kita sesungguhnya telah mendidik dan menjadikan mereka anak yang cacat dari nilai-nilai dan moral.

Ada hal yang perlu kita ingat sebagai orang tua adalah bahwa anak bagaikan kaset kosong yang akan selalu merekam setiap ucap dan perbuatan orang tuanya yang akan mereka tiru dalam hidup keseharianya.

Mewujudkan sebuah keinginan bukanlah hal yang mudah untuk bisa direalisasikan. Hal ini diperlukan keilmuwan, keterampilan, kegigihan, kesabaran dan keikhlasan.

Kami sebagai pengganti orang tua yang menitipkan anaknya di SMP Jakarta Islamic Boy Boarding School sama seperti orang tuanya meiliki harapan dan keinginan terhadap anak yaitu menjadikan mereka anak yang berguna, sukses dunia dan akhirat.

Kami menyeimbangkan pendidikan dalam tiga aspek dalam pertumbuhan dan perkembangan siswa yaitu aspek ruhiyah, aqliyah, dan jasadiyah yang diaplikasikan dalam rantaian kegiatan di sekolah, dari sejak akan tidur dan bangun tidur. Pendidikan dan pengajaran hal ini bukan sesuatu yang mudah, kalau mau jujur berat bagi kami untuk bisa berbuah hasil hasil dalam waktu yang singkat apalagi anak-anak yang dididik dan diajar berlatar belakang, pola asuh, dan kemampuan yang berbeda-beda serta mereka sudah terbentuk oleh lingkungan sebelumnya.

Rantaian kegiatan dalam pendidikan dan pengajaran untuk membentuk tiga aspek diantaranya shalat tahajud, menghapal Al-Qur'an, kebersihan di pagi hari, shaum senin kamis, kultum, muhadhoroh, pembelajaran di kelas sejak pukul 09.00-15.30. English discussion, nasyeed, football, basket, Taekwondo, Aikido, kompetisi dll.

Harapan dari rantaian kegiatan sekolah dalam pembentukan tiga aspek berjalan dengan baik tapi realita menjawab berbeda. Banyak hambatan dan cobaan yang menghadang.

Untuk siswa konsisten melaksanakan shalat tahajud saja hal ini berat bisa terealisasikan dengan baik, terkadang kami sebagai guru merasa kesal, harus berulang-ulang untuk bisa mengingatkan dan membangunkan anak-anak shalat tahajud dimana kondisi udara dingin, mengantuk, dan letih. Tapi itulah pengorbanan dari sebuah harapan dan keinginan yang harus ditempuh.

Terkadang dari pelanggaran yanag dilakukan siswa seperti tidak disiplin masuk kelas, mengumpulkan tugas, tidak piket, berpakaian tidak rapi, tidak berbahasa inggris, tidak shalat berjamaah, dll. Merejka meendapat konsekuensi dari pelanggarannya yaitu harus lari keliling lapangan atau Push-up, Scot-jump, Jalan Jongkok, dicubit, dan atau melakukan kebersihan (membersihkan toileet , kelas , atau Boarding).

Dibalik perjuangan dan letihnya para pendidik ada keceriaan yang memancar terlihat dari wajah dan sikap siswa sehingga hal tersebut bisa menjadikan penawar dan pengobat rasa lelah dan letih para pendidik dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.

Keceriaan mereka sering terlihat saat mereka belajar dan bergaul baik dalam kelas maupun luar kelas, serta hubungan antara siswa dan guru sangatlah dekat, mereka mau menanyakan pelajaran, curhat, dan bercanda terkadang tak kenal waktu. Apalagi sekarang SMP JIBBS telah ada penambahan lokasi ke kampus orange serta internet bisa diakses 24 jam ruang gerak dan wawasan siswa terfasilitasi cepat untuk bisa berkembang.

Untaian kata-kata ini bagian kecil dari kehidupan atau aktivitas suka dan duka di SMP JIBBS dalam mewujudkan harapan dan keinginan. Semoga kita akan sadar dan bijak dalam memahami dan mensikapi antara idealita dan realita.

Wassalam


OSIS Divisi ICT






Jakarta Islamic Boy Boarding School In View